Beberapa orang memiliki kecendrungan alergi terhadap sesuatu, seperti debu rumah, tungau, serbuk sari, serpihan epitel dari bulu binatang, jamur, susu, telur, coklat, ikan, udang, obat-obatan (penisilin), sengatan lebah, kosmetik atau perhiasan, udara dingin. Penyebab alergi tersebut disebut dengan Alergen. Fenomena alergi kebanyakan merupakan masalah herediter atau secara genetik diwariskan dari orang tua kepada anaknya.
Seperti yang terjadi pada si aku beberapa hari yang lalu setelah menyantap masakan yang mengandung udang, keesokan harinya munculah bentol merah di betis. Walaupun hanya satu biji tapi gatelnya …..arrggghhh ga nahan 😦
Contoh kasus lain terjadi pada teman kantorku Piet yang alergi terhadap debu, jadi setiap ia beres-beres ruangan dan dokumen lama yang notabene berdebu pasti beberapa saat kemudian (dalam hitungan menit saja) muncul bentol-bentol merah di tubuhnya.
Fenomena alergi tersebut merupakan salah satu efek samping dari reaksi imunitas tubuh. Yup seperti yang kita tahu bahwa tubuh memiliki sistem kekebalan tubuh yang melindungi kita dari berbagai organisme, mikroorganisme dan bibit penyakit.
Ada 4 tipe reaksi HIPERSENSIVITAS, tapi reaksi alergi yang si aku alami adalah tipe I :
TIPE I
Pada saat tubuh terpapar alergen, sel-sel mastosit/basofil mengikat antibodi IgE, lalu antibodi IgE melalui reseptornya berinteraksi dengan alergen tersebut menyebabkan perubahan permeabilitas dinding sel dan menginduksi terjadinya degranulasi/ pelepasan mediator aktif (histamine, leukotrien, prostaglandien, faktor pengaktivasi platelet).
Reaksi Hipersensitivitas Tipe I
Contoh symptom/gejala dan penyakit akibat hipersensitivitas tipe I:
1. Reaksi Anafilaktik Sistemik
Pada reaksi anafilaktik sistemik mediator yang dilepaskan mengakibatkan kesulitan bernafas karena kontraksi otot polos yang menyebabkan tertutupnya bronkus paru-paru, dilatasi arteriol sehingga tekanan darah menurun dan meningkatnya permeabilitas pembuluh darah sehingga cairan tubuh keluar ke jaringan. Gejala ini dapat menyebabkan kematian karena tekanan darah turun drastis dan pembuluh darah collapse (shock anafilatoksis)
Syok anafilaktik membutuhkan terapi segera dengan suntikan intravena Epineprin (Adnenalin) setiap 5 menit sampai tekanan darah dan nadi membaik, diberi oksigen dan antihistamin (H1) intravena.
2. Asma
Pada kasus ini pelepasan mediator terjadi di daerah paru-paru. Pada fase awal serangan asma terjadi spasme otot polos bronkus, lalu fase lambat kedua terjadi akibat pelepasan kemotaksin yang menarik sel-sel inflamasi tersebut menyebabkan vasodilatasi, edema, hipersekresi mukus sehingga orang tersebut akan mengalami mengi dan kesulitan bernafas.
Pada asma ringan sampai sedang obat lini pertama yang diberikan adalah stimulan ß2 seperti Salbutamol, Terbutalin. Dan untuk mengurangi edema dapat diberikan Steroid oral seperti Prednisolon, Deksametason atau Steroid inhalasi Beklometason.
Sedangkan untuk serangan berat yang akut (satatus asmatikus) yang tidak dapat dikontrol oleh obat pasien biasa, berpotensi menjadi fatal dan harus dianggap kegawatdaruratan sehingga membutuhkan perawatan di rumah sakit.
3. Rhinitis Alergi
Merupakan kelainan pada hidung dengan gejala-gejala bersin-bersin, keluarnya cairan dari hidung, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar dengan alergen. Dapat diatasi dengan Antihistamin (H1) seperti Prometazin, Cetirizin, Ctm/Chlorpheniramine Maleate, dekongestan/pelega hidung mampet seperti tripolidine, pseudoepehdrin
4. Urtikaria
Merupakan reaksi anafilaksis lokal, dimana erupsi pada kulit yang berbatas tegas dan menimbul (bentol), berwarna merah, memutih bila ditekan, dan disertai rasa gatal.
Salah satu cara untuk mengurangi reaksi sensitif kita terhadap alergen adalah dengan menginjeksikan alergen secara berulang dapar dosis tertentu secara subkutan dengan harapan pembentukan IgG meningkat sehingga mampu mengeliminasi alergen sebelum alergen berikatan dengan IgE pada sel mast. Proses ini disebut desensitisasi atau hiposensitisasi.
Alergi sulit untuk di sembuhkan atau dihilangkan secara total, sehingga penganganan yang paling bijak adalah kenali alergen kamu dan hindari kontak dengan alergen tersebut, sehingga kekambuhan dapat dihindari.
Referensi:
– Neal, M.J., At a glance Farmakologi Medis, Erlangga Medical Series
– Guyton, Ac., Hall, Medical Physiology, Elsevier-Medical Publisher
– Andreanus S., Imunologi dalam Ilustrasi, UBI Farmakologi-Toksikologi Farmasi ITB
Recent Comments