V3ndro's Blog

Meine Ehre heiße Treue

Vaksinasi Human Papilloma Virus June 7, 2010

Filed under: Ramuan Obat — v3ndro @ 4:02 pm
Tags: ,

Satu satunya kanker yang telah diketahui penyebabnya adalah Cervix Cancer (kanker mulut rahim) yang terjadi akibat infeksi  HPV (Human Papilloma Virus). Virus ini memiliki 100 varian yang merupakan  penyebab wart (kutil) dan beberapa diantaranya mengakibatkan genital wart dan cervix cancer.  Tipe virus yang potensial menginfeksi adalah HPV tipe 6, 11, 16, 18.

Cervix cancer merupakan penyebab kematian terbesar akibat kanker bagi wanita.  Oleh karena itu sangat penting bagi kita kaum wanita untuk melalukan pencegahan. Usaha pencegahan dapat dilakukan sebelum masa aktivitas seksual aktif yaitu dengan mendapatkan vaksinasi. Dan bagi wanita yang aktivitas seksualnya telah aktif sebaiknya melakukan pemeriksaan Pap Smear sebelum mendapatkan vaksinasi.

Saat ini di Indonesia sudah mulai marak kampanye dan penyuluhan mengenai vaksinasi kanker mulut rahim. Dalam pemilihan vaksin sebaiknya melihat:

1. Kandungan rekombinan virusnya apakah hanya duovalent atau quadrivalent (mengandung tipe6,11,16,18).

2. Apakah produk vaksin tersebut telah teruji keamanan dan khasiatnya, memiliki hasil uji klinik yang well-established.  Sehingga disarankan untuk memilih produk-produk inovator (Gardasil)

3. Apakah hipersensitif terhadap kandungan eksipien (bahan tambahannya) seperti Alumiunium hydroxyphosphate sulphate.

Untuk wanita yang sedang hamil sebaiknya tidak menggunakan vaksin ini karena tidak adanya data yang mendukung keamanannya.

Namun  harga dari vaksin tersebut dirasakan masih cukup mahal, dimana untuk satu dosis penyuntikan HET/harga eceran salah satu produk (Gardasil) sekitar 1.375.000, dan setidaknya vaksinasi dilakukan sebanyak 3 kali (pemberian awal, 2 bulan, 6 bulan). Berarti uang yang harus dikeluarkan dalam 6 bulan adalah sekitar 4 jutaan….wow cukup berat buat si aku.

Jadi kalau ada yang punya  info atau link promosi dan paket vaksinasi cervix cancer, si aku sangat berterima kasih.

Buat baca-baca:

Klikdokter – Menuju Indonesia Sehat

http://www.gardasil.com/

http://www.cervicalcancercampaign.org/hpvfacts/index.html

http://womenshealth.gov/faq/cervical-cancer.cfm

 

Flu koq dihajar sama Antibiotik???? March 15, 2010

Filed under: Ramuan Obat — v3ndro @ 10:51 am
Tags: , , ,

Bermula dari celetukan pertanyaan serius ditengah kongkow-kongkow yang ga serius bersama sekumpulan teman lama.

T : “Amoxsan itu sama ga sih ama Amoxicillin???”
J : “Hmm….sebenernya sama aja. Amoxsan itu tuh Brand name nya, nah kalo Amoxicillin tu isinya ato zat aktifnya”
T : “Punya ga? Lagi pilek nih”
J : “Ngapain pake antibiotik segala..ga perlu lagi”.
T : “Ga mempan niy kalo ga pake itu”

Wedew cuman sekadar flu di hajar pake antibiotik…ckckck itu self medication yang salah teman.
Kenapa salah???
Okey kita mulai dengan pengenalan penyakit tersebut.

Flu/influenza dan Common Cold adalah 2 jenis penyakit yang kerap menyerang disepanjang tahun,terutama pada saat musim hujan.

Kedua penyakit tersebut termasuk kelompok VURI (Viral Upper Respiratory Tract Infection).
Influenza disebabkan oleh Virus Influenza (Family Orthomyoviridae RNA virus). Sedangkan Common Cold disebabkan oleh Rhinoviruses, Coronaviruses.
Jadi yang perlu ditekankan adalah kedua penyakit tersebut disebabkan oleh VIRUS.

Kedua penyakit tersebut sangat mirip gejalanya yaitu bersin-bersin, hidung mampet dan berlendir, tenggorokan gatal, batuk, serak,gejala ringan sakit kepala, demam, kedinginan, fatigue. Hanya saja pada Influenza itu demam, batuk, sakit-sakit sendi dan ototnya lebih berat dibandingkan Common Cold.

Seperti dalam tulisanku sebelumnya bahwa tubuh memiliki sistem pertahanan, nah gejala-gejala diatas merupakan tanda bahwa tubuh kita sedang melakukan perlawanan terhadap virus-virus tersebut.

Sebenarnya untuk tahap awal tidak diperlukan obat-obatan untuk mengatasi kedua penyakit tersebut, biarkan sistem pertahanan tubuh kita teraktivasi dan alokasikan waktu yang cukup untuk beristirahat serta perhatikan asupan gizi.
Tapi sering kali kita merasa terganggu oleh gejala-gejala yang timbul, karena menghambat aktivitas. Untuk itu biasanya digunakan obat-obat untuk mengurangi gejala-gejalanya, seperti analgetik/antipiretik (paracetamol, ibuprofen), dekongestan (pseudoepehedrin), antialergi (ctm, cetirizine).

Nah sekarang yang perlu kita ketahui, apa sih Antibotik itu sebenarnya.
Antibiotik adalah suatu zat yang dapat menghambat pertumbuhan dan/ atau membunuh mikroorganisme. Dan mikroorganisme yang dimaksud adalah BAKTERI. Jadi antibiotik diperlukan untuk pengobatan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotik tidak efektif untuk menangani penyakit infeksi karena virus, jamur, dan non bakteri lainnya.

Flu dan Common cold seperti yang telah dijelaskan sebelumnya disebabkan oleh Virus, jadi penggunaan antibiotik tidaklah efektif.
Dengan pengunaan Antibiotik yang salah (Overuse, Underuse, Misuse) dapat menyebabkan resistensi.

Logikanya penyakit yang disebabkan oleh virus ya obatnya pasti antivirus, tetapi obat antivirus oral yang ada saat ini adalah Oseltamivir atau lebih dikenal dengan Tamiflu hanya diindikasikan untuk flu tipe H5N1 (Flu burung) atau H1N1 (Flu babi) yang penggunaannya harus dengan prosedur tertentu yang ketat dan harus dalam pengawasan dokter.

Dari semua penjelasan diatas moga-moga kita semua lebih bijak dalam penggunaan antibiotik.

 

Syrup Simplex….Namamu Tak Sesimpel Pembuatannya February 20, 2010

Filed under: Ramuan Obat — v3ndro @ 4:20 am
Tags:

Kembali terjebak dalam situasi yang mengasah ingatan dan pengalaman.

Beberapa hari yang lalu seorang teman baikku yang berkerja dibidang Farmasi komunitas alias mengabdikan diri dengan memberikan pelayanan di Apotek menghubungiku dan bertanya pada si aku tentang cara pembuatan sirup simpleks. Dia bilang kalau di apotek tempat dia bekerja terdapat praktek dokter spesialis anak. Dan dokter tersebut suka memberikan resep racikan sirup. Jadi mungkin stok sirup simpleks sangatlah diperlukan. Sirup simpleks 65% yang dia buat konsistensi/viskositas/kekentalannya tampak lebih encer dibandingkan dengan yang seharusnya.

Hmm….seingatku sirup simpleks itu konsentrasinya berkisar antara 50%-65% b/b (% berat/berat), jadi kalau sirup simpleks 65% itu berarti terdapat 65g gula dalam 100g larutan.

Setelah mengubrak-abrik ingatan, langkah pembuatan sirup simpleks 65% sebanyak 100g adalah:
1.Timbang gula sebanyak 65 g
2.Timbang beaker glass kosong
3.Masukkan gula kedalam beaker glass yang telah di timbang lalu tambahkan air sebanyak 35 ml.
4.Panaskan campuran tersebut sampai larut sempurna.
5.Dinginkan.
6.Timbang beaker glass yang berisi sirup simpleks lalu add air sampai berat larutan mencapai 100g.

PS:Uni hasilnya gimana say???? ehehehe yang otic tar dulu yeh, dulu ga pernah buat soalnye 😀

 

Pergi Jauh-Jauh Sana…Gw Alergi ama Lu!! February 12, 2010

Beberapa orang memiliki kecendrungan alergi terhadap sesuatu, seperti debu rumah, tungau, serbuk sari, serpihan epitel dari bulu binatang, jamur, susu, telur, coklat, ikan, udang, obat-obatan (penisilin), sengatan lebah, kosmetik atau perhiasan, udara dingin. Penyebab alergi tersebut disebut dengan Alergen. Fenomena alergi kebanyakan merupakan masalah herediter atau secara genetik diwariskan dari orang tua kepada anaknya.

Seperti yang terjadi pada si aku beberapa hari yang lalu setelah menyantap masakan yang mengandung udang, keesokan harinya munculah bentol merah di betis. Walaupun hanya satu biji tapi gatelnya …..arrggghhh ga nahan 😦
Contoh kasus lain terjadi pada teman kantorku Piet yang alergi terhadap debu, jadi setiap ia beres-beres ruangan dan dokumen lama yang notabene berdebu pasti beberapa saat kemudian (dalam hitungan menit saja) muncul bentol-bentol merah di tubuhnya.

Fenomena alergi tersebut merupakan salah satu efek samping dari reaksi imunitas tubuh. Yup seperti yang kita tahu bahwa tubuh memiliki sistem kekebalan tubuh yang melindungi kita dari berbagai organisme, mikroorganisme dan bibit penyakit.

Ada 4 tipe reaksi HIPERSENSIVITAS, tapi reaksi alergi yang si aku alami adalah tipe I :

TIPE I
Pada saat tubuh terpapar alergen, sel-sel mastosit/basofil mengikat antibodi IgE, lalu antibodi IgE melalui reseptornya berinteraksi dengan alergen tersebut menyebabkan perubahan permeabilitas dinding sel dan menginduksi terjadinya degranulasi/ pelepasan mediator aktif (histamine, leukotrien, prostaglandien, faktor pengaktivasi platelet).

Reaksi Hipersensitivitas Tipe I

Contoh symptom/gejala dan penyakit akibat hipersensitivitas tipe I:
1. Reaksi Anafilaktik Sistemik
Pada reaksi anafilaktik sistemik mediator yang dilepaskan mengakibatkan kesulitan bernafas karena kontraksi otot polos yang menyebabkan tertutupnya bronkus paru-paru, dilatasi arteriol sehingga tekanan darah menurun dan meningkatnya permeabilitas pembuluh darah sehingga cairan tubuh keluar ke jaringan. Gejala ini dapat menyebabkan kematian karena tekanan darah turun drastis dan pembuluh darah collapse (shock anafilatoksis)

Syok anafilaktik membutuhkan terapi segera dengan suntikan intravena Epineprin (Adnenalin) setiap 5 menit sampai tekanan darah dan nadi membaik, diberi oksigen dan antihistamin (H1) intravena.

2. Asma
Pada kasus ini pelepasan mediator terjadi di daerah paru-paru. Pada fase awal serangan asma terjadi spasme otot polos bronkus, lalu fase lambat kedua terjadi akibat pelepasan kemotaksin yang menarik sel-sel inflamasi tersebut menyebabkan vasodilatasi, edema, hipersekresi mukus sehingga orang tersebut akan mengalami mengi dan kesulitan bernafas.

Pada asma ringan sampai sedang obat lini pertama yang diberikan adalah stimulan ß2 seperti Salbutamol, Terbutalin. Dan untuk mengurangi edema dapat diberikan Steroid oral seperti Prednisolon, Deksametason atau Steroid inhalasi Beklometason.

Sedangkan untuk serangan berat yang akut (satatus asmatikus) yang tidak dapat dikontrol oleh obat pasien biasa, berpotensi menjadi fatal dan harus dianggap kegawatdaruratan sehingga membutuhkan perawatan di rumah sakit.

3. Rhinitis Alergi
Merupakan kelainan pada hidung dengan gejala-gejala bersin-bersin, keluarnya cairan dari hidung, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar dengan alergen. Dapat diatasi dengan Antihistamin (H1) seperti Prometazin, Cetirizin, Ctm/Chlorpheniramine Maleate, dekongestan/pelega hidung mampet seperti tripolidine, pseudoepehdrin

4. Urtikaria
Merupakan reaksi anafilaksis lokal, dimana erupsi pada kulit yang berbatas tegas dan menimbul (bentol), berwarna merah, memutih bila ditekan, dan disertai rasa gatal.

Salah satu cara untuk mengurangi reaksi sensitif kita terhadap alergen adalah dengan menginjeksikan alergen secara berulang dapar dosis tertentu secara subkutan dengan harapan pembentukan IgG meningkat sehingga mampu mengeliminasi alergen sebelum alergen berikatan dengan IgE pada sel mast. Proses ini disebut desensitisasi atau hiposensitisasi.

Alergi sulit untuk di sembuhkan atau dihilangkan secara total, sehingga penganganan yang paling bijak adalah kenali alergen kamu dan hindari kontak dengan alergen tersebut, sehingga kekambuhan dapat dihindari.

Referensi:
– Neal, M.J., At a glance Farmakologi Medis, Erlangga Medical Series
– Guyton, Ac., Hall, Medical Physiology, Elsevier-Medical Publisher
– Andreanus S., Imunologi dalam Ilustrasi, UBI Farmakologi-Toksikologi Farmasi ITB

 

Packaging: Yang Disayang Yang Dibuang January 13, 2010

Filed under: Ramuan Obat — v3ndro @ 11:17 am
Tags: , , , , ,

Pernah minum obat?????? Pasti pernah dong ya.
Pernah memperhatikan packaging / kemasan dari obat tersebut???? Pasti jawabannya jarang…iya kan?????

Kemasan dari suatu obat itu sangat penting, selain fungsi utamanya adalah menjaga kualitas obat agar tetap terjaga saat sampai di tangan konsumen juga memberikan segala informasi yang penting menyangkut obat tersebut.

Kemasan obat itu terdiri dari kemasan primer (yang kontak langsung dengan obat) dan kemasan sekunder (kemasan pendukung). Sebagai contoh obat yang berbentuk Tablet kemasan primernya berupa polycellonium strip, kemasan sekundernya adalah dus atau folding box, brosur.

Seperti tulisan si aku sebelumnya di Regulatory Affairs, di situ di jelaskan bahwa salah satu jobdesc si aku adalah packaging specialiazed, yang artinya bertanggung jawab mempersiapkan kemasan obat terutama masalah redaksional (memastikan apakah informasi yang tercantum itu benar dan sesuai dengan peraturan yang berlaku), berkoordinasi dengan berbagai departemen (Product Design, R&D, QC, Produksi, Purchasing), dan terkadang melakukan supervisi ke supplier untuk melakukan approval on site.

Tahapan pembuatan kemasan (folding box, etiket, strip, brosur/insert) hingga menjadi produk siap pakai cukup panjang dan memakan waktu yang relatif lama.

Namun ketika sampai di tangan konsumen, sangat tidak jarang kemasan obat tersebut tidak utuh. Sebagai contoh: pembelian syrup X dengan resep dokter, petugas apotek akan selalu menempelkan etiket keterangan cara penggunaan (ya hal tersebut memang wajib dilakukan), lalu umumnya membuang dus dan insert/brosur, jadi yang diberikan pada konsumen hanya botol syrup nya saja. Hal tersebut pernah si aku lakukan juga ketika kerja praktek disebuah instalasi farmasi rumah sakit di Bandung.

Padahal insert atau brosur yang dibuang tersebut bisa jadi sangat berguna bagi konsumen yang mungkin tidak mendapatkan informasi yang cukup dari petugas apotek / apoteker.

Sekarang setelah berkecimpung di dunia persilatan kemasan jadi sedikit memiliki rasa ngenes juga, kemasan yang kita udah buat susah-susah pada akhirnya akan dibuang juga….hiks hiks

Hmmm… setelah dipikir-pikir walaupun pada akhirnya dibuang juga tapi setidaknya kemasan telah memberikan manfaat dalam melindungi obat sehingga memiliki daya simpan yang bagus dan juga memberikan informasi keamanan & khasiat yang berkaitan tentang produk obat tersebut.

Caiyo Packaging Specialized Team : si aku, Defa, Windi

 

Bagaimanakah Cara Kerja Obat????? November 4, 2009

Filed under: Ramuan Obat — v3ndro @ 6:20 am

Sebagian besar obat menghasilkan efek dengan bekerja pada molekul protein spesifik, yang biasanya terletak pada bagian membran sel. Molekul protein spesifik ini disebut dengan reseptor dan secara normal akan memberikan respon terhadap zat kimia endogen dalam tubuh. Zat-zat kimia ini dapat berupa zat-zat transmitor dan hormon.